Maskapai Singapore Airlines resmi membatalkan seluruh penerbangan rute Singapura–Dubai hingga Rabu (25/6/2025) akibat memanasnya konflik antara Iran dan Israel. Langkah ini diambil demi alasan keamanan menyusul meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.
Dikutip dari Channel News Asia, pihak Singapore Airlines menyatakan akan menghubungi seluruh penumpang yang terdampak pembatalan untuk memberikan informasi lebih lanjut. Penumpang diberikan opsi untuk dialihkan ke penerbangan alternatif atau menerima pengembalian dana penuh untuk bagian tiket yang belum digunakan. Mereka yang memesan melalui agen perjalanan atau maskapai mitra disarankan menghubungi pihak terkait untuk proses selanjutnya.
Sebelumnya, Singapore Airlines telah membatalkan penerbangan ke dan dari Dubai pada Minggu (22/6/2025), dan menyampaikan bahwa penerbangan lain ke wilayah tersebut juga berpotensi terdampak, tergantung perkembangan situasi. Enam jadwal penerbangan yang dibatalkan mencakup rute SQ494 dan SQ495 selama tiga hari berturut-turut, masing-masing berangkat pukul 15.10 dari Singapura dan 19.45 dari Dubai.
Situasi ini terjadi seiring dengan meningkatnya ancaman keselamatan di wilayah udara Timur Tengah. Reuters melaporkan bahwa sejak 13 Juni, wilayah udara dari Iran dan Irak hingga Laut Mediterania nyaris kosong dari lalu lintas udara komersial. Banyak maskapai memilih mengalihkan, menunda, atau membatalkan penerbangan demi keselamatan penumpang dan awak pesawat.
Selain itu, laporan dari Flightradar24 mencatat peningkatan gangguan dan serangan spoofing terhadap sinyal GPS penerbangan di kawasan Teluk Persia. SkAI, perusahaan pemantau gangguan GPS asal Swiss, menyebutkan lebih dari 150 pesawat mengalami spoofing hanya dalam 24 jam terakhir.
Safe Airspace, situs informasi risiko penerbangan global, juga memperingatkan bahwa serangan militer terhadap fasilitas nuklir Iran baru-baru ini dapat meningkatkan risiko penerbangan di wilayah Teluk, termasuk Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.
Dengan kondisi yang masih terus berkembang, penumpang diimbau untuk terus memantau informasi dari maskapai serta lembaga otoritas penerbangan terkait perubahan jadwal dan kebijakan penerbangan.