Ratusan warga di Jalan H Lamuse, Kelurahan Lepo-Lepo, Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, terpaksa mengungsi setelah banjir setinggi leher orang dewasa merendam rumah mereka pada Minggu (29/6/2025). Menurut Ketua RT 12 RW 6, Sarman, banjir ini merupakan yang terbesar dalam lima tahun terakhir.
“Setiap tahun memang banjir, tapi biasanya cepat surut. Baru kali ini banjir sebesar ini lagi,” ujar Sarman dari tenda pengungsian.
Banjir disebabkan oleh luapan Sungai Wanggu akibat hujan deras yang mengguyur Kendari selama beberapa hari terakhir. Pemerintah daerah dan PMI telah menyalurkan bantuan berupa matras, makanan, dan mendirikan dapur umum. Namun, warga masih menunggu distribusi obat-obatan, terutama untuk mengatasi penyakit kulit akibat banjir.
Data dari Dinas Sosial menunjukkan sedikitnya 172 kepala keluarga terdampak. Pada Sabtu (28/6), jumlah yang terdata mencapai 103 KK atau 402 jiwa, dan bertambah menjadi 172 KK keesokan harinya. Jumlah total jiwa masih dalam pendataan.
Pemerintah provinsi dan kota telah mendirikan tenda darurat di sekitar lokasi terdampak. Plt Kepala Dinas Sosial Sultra, Wawan Arianto, menyebut bahwa kebutuhan mendesak seperti makanan siap saji, air bersih, kasur lipat, dan perlengkapan keluarga telah disalurkan. Dinas Kesehatan juga segera membuka posko layanan kesehatan.
Gubernur Sultra, Andi Sumangerukka, meninjau langsung lokasi banjir menggunakan perahu karet milik Basarnas. Ia menyatakan banjir kali ini terjadi karena meluapnya Sungai Wanggu, yang terakhir terjadi pada 2019. “Setelah dipelajari, ternyata masalahnya ada di tanggul. Tanggul harus dibuat lebih tinggi,” ujarnya.
Mengenai kemungkinan relokasi, Gubernur mengakui sebagian besar warga menolak meski sudah pernah ditawari sebelumnya. Oleh karena itu, solusi paling realistis saat ini adalah membangun tanggul pengaman. “Saya akan bantu carikan dananya. Pembangunan tanggul ini harus segera dilakukan,” tegas Gubernur Andi.