Suasana Pangalengan yang biasanya tenang berubah mencekam pada suatu pagi di tahun 2020. Warga Kampung Mekarmulya, Desa Tribaktimulya, dikejutkan oleh penemuan jasad seorang pria tak dikenal di jurang tepi Jalan Banjaran–Pangalengan. Tubuh korban penuh luka—memar, robek, hingga hantaman benda tumpul yang jelas terlihat di kepala, pundak, dada, dan tangan.
Polisi yang melakukan pemeriksaan menduga kuat bahwa pria tersebut merupakan korban pembunuhan. Seiring proses identifikasi, terungkap bahwa korban adalah Samiyo Basuki Riyanto, pria 60 tahun asal Bekasi yang merupakan pensiunan PNS. Untuk menambah penghasilan, Samiyo bekerja sebagai sopir taksi online.
Penelusuran polisi menemukan bahwa sebelum tewas, Samiyo menerima pesanan carter mobil dari dua perempuan muda, IK (15) dan SL (19), secara offline. Dalam perjalanan, keduanya meminta berhenti di Jonggol untuk menjemput RK (18), lalu mengambil satu penumpang lagi, RM (18), di Gerbang Tol Soroja. Keempatnya kemudian menuju Pangalengan dengan kesepakatan ongkos Rp 1,7 juta.
Namun ongkos perjalanan itu tak pernah dibayar. Keempat gadis itu ternyata tak memiliki uang. Di tengah perjalanan malam hari, mereka justru sepakat menghabisi Samiyo. IK mengambil kunci inggris dari dalam mobil lalu menghantam kepala korban saat diberi aba-aba. Mobil sempat oleng saat Samiyo berusaha melawan, tetapi RM membekap dan mencekiknya dari belakang. Pukulan demi pukulan menghantam tubuh sang sopir hingga akhirnya ia tersungkur tidak berdaya.
Setelah memastikan korban tak bergerak, tubuh Samiyo diseret keluar dan dibuang ke jurang tepi jalan. Para pelaku kemudian melarikan diri menggunakan mobil korban, meski tidak ada satu pun yang bisa menyetir dengan baik. Mobil hanya sempat melaju hingga Cimahi sebelum mengalami kecelakaan ringan. Di tengah kekacauan itu, mereka memutuskan kabur.
Pelarian empat perempuan tersebut hanya berlangsung dua pekan. Polisi menemukan rekaman CCTV di sekitar lokasi yang memperlihatkan kendaraan korban dan para penumpangnya. Jejak mereka akhirnya teridentifikasi dan seluruh pelaku berhasil ditangkap.
Hasil pemeriksaan mengungkap motif yang sederhana namun tragis: mereka tak memiliki uang untuk membayar carter mobil. Lebih jauh, penyelidikan menemukan bahwa para pelaku saling mengenal melalui aplikasi kencan. Komunikasi yang hanya berlangsung 3–4 bulan membawa mereka pada hubungan yang disebut polisi sebagai “hubungan khusus”.
Dalam kasus tersebut, psikolog klinis Mario Carl Joseph menilai bahwa para pelaku menunjukkan ketidakmampuan mengatasi masalah. Ia menyebut bahwa tindakan brutal itu bisa dipengaruhi lingkungan, tontonan, hingga pola asuh. Ia juga heran atas keputusan mereka bepergian jauh tanpa persiapan apa pun, termasuk tanpa uang.
Atas tindakan sadis tersebut, para pelaku dijerat pasal pembunuhan berencana dengan ancaman hukuman 20 tahun penjara hingga seumur hidup. Perkenalan singkat melalui aplikasi kencan yang seharusnya menjadi awal pertemanan justru berakhir sebagai tragedi kelam yang mengantar mereka pada kehidupan panjang di balik jeruji besi.





