Seorang pejabat ekonomi dari Negara Bagian Georgia, Amerika Serikat, menyatakan bahwa pihaknya sedang mengupayakan pemulangan ratusan pekerja asal Korea Selatan yang sebelumnya dirazia oleh otoritas imigrasi AS. Para pekerja tersebut ditahan saat tengah mengerjakan proyek pembangunan pabrik baterai milik Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution.
Pekerja yang ditahan merupakan teknisi terampil yang dikirim secara sementara untuk memasang peralatan dan melatih staf lokal di fasilitas baru tersebut. Mereka ditahan selama sekitar satu pekan sebelum akhirnya dipulangkan ke Korea Selatan.
Trip Tollison, Kepala Otoritas Pengembangan Ekonomi Savannah, mengungkapkan bahwa keberadaan para pekerja ini sangat krusial bagi kelangsungan proyek. “Orang-orang ini satu-satunya yang bisa memasang peralatan dan mengajarkan teknologi sel baterai kepada karyawan di sini,” ujar Tollison kepada Savannah Morning News, dikutip oleh Chosun Daily.
Menurutnya, pihak Hyundai sangat terkejut dan terpukul oleh kejadian tersebut. Ia bersama Sekretaris Pengembangan Ekonomi Georgia, Pat Wilson, telah bertemu langsung dengan manajemen Hyundai di Detroit untuk membahas solusi.
Philip Lienert, juru bicara Otoritas Pengembangan Ekonomi Savannah, menegaskan bahwa para teknisi tersebut tidak bermaksud tinggal lama di AS. “Mereka hanya datang untuk dukungan teknis dan pelatihan. Mereka adalah tenaga profesional dengan keahlian khusus,” katanya.
Insiden razia ini juga memunculkan kritik terhadap sistem visa kerja di Amerika. Gubernur Georgia, Brian Kemp, dalam kesempatan lain menyatakan perlunya evaluasi besar-besaran terhadap sistem visa tenaga kerja. Menurutnya, kebingungan administratif dan kurangnya kejelasan hukum membuat banyak perusahaan multinasional kesulitan.
Hal senada disampaikan oleh Chris Clark, Kepala Kamar Dagang Georgia, yang menilai bahwa reformasi visa penting, khususnya bagi pekerja dari negara-negara seperti Korea, Jepang, dan Jerman. Ia menyebut bahwa perubahan tersebut akan membawa manfaat jangka panjang untuk perekonomian negara bagian.
Tollison menutup dengan menyatakan keyakinannya bahwa para pekerja Korsel akan segera kembali. “Ini hanyalah hambatan kecil dalam proyek besar. Kami sangat bergantung pada keahlian mereka dan akan terus bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini,” ujarnya.