Warung di Bandung Barat Cemas, Gas 3 Kg Langka dan Pembatasan Jatah Bikin Warga Kecewa
Warung-warung pengecer di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat, kini dilanda kekhawatiran besar setelah kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg, atau yang biasa dikenal dengan gas melon. Meskipun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja mengeluarkan kebijakan yang mengizinkan pengecer kembali menjual gas elpiji 3 kg, kenyataannya gas tersebut masih sangat langka di pasar.
Seperti yang disampaikan Maman (52), salah satu pengecer asal Padalarang, meskipun kebijakan baru telah diberlakukan, distribusi gas elpiji tetap terbatas. "Dari pangkalan, saya hanya dikasih jatah dua tabung sehari. Mana cukup, sementara yang beli di warung saya bisa sampai sepuluh gas sehari," keluh Maman. Keterbatasan pasokan ini membuatnya terpaksa mengatur pembagian gas dengan ketat.
Nasib serupa juga dialami oleh Ina (35), pengecer di Ngamprah, yang sudah tiga hari berturut-turut kehabisan stok gas 3 kg. "Biasanya dari pangkalan yang nganter ke sini, tapi sejak ramai, gasnya kosong. Stok tabungnya ada 13, semuanya habis," ungkap Ina dengan kecewa. Gas melon sudah menjadi kebutuhan pokok bagi banyak warga, terutama untuk UMKM yang sangat bergantung pada gas untuk kegiatan memasak.
Para pengecer berharap agar kebijakan distribusi gas elpiji 3 kg ini segera diperbaiki agar kebutuhan masyarakat bisa terjamin. "Harapan kami, distribusi gas segera merata. Banyak UMKM yang masaknya bergantung pada gas melon," ujar Ina, berharap agar pasokan gas segera normal kembali.
Namun, pihak pangkalan elpiji di Jalan Panaris, Padalarang, mengaku kesulitan memenuhi permintaan karena stok yang terbatas. "Kami dapat jatah hanya 90 tabung per hari dari agen, jadi kami terpaksa membatasi distribusi ke pengecer," jelas Syarief Hidayat Shofa, pemilik pangkalan gas tersebut.
Dengan kelangkaan ini, warga Bandung Barat yang sangat bergantung pada gas 3 kg berharap agar kebijakan pemerintah bisa segera memberikan solusi agar pasokan gas kembali lancar.