Terekam detik-detik kedatangan pimpinan Thailand dan Kamboja di Kuala Lumpur, Malaysia, untuk melakukan mediasi perdamaian setelah perang bersenjata selama empat hari yang menewaskan puluhan orang dan memaksa ratusan ribu mengungsi.
Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet tiba di Kuala Lumpur pada Senin (28/7/2025) atas undangan resmi dari Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Kedatangan ini menjadi langkah awal untuk menurunkan tensi konflik bersenjata di wilayah perbatasan kedua negara.
Melalui akun X resmi pemerintah Thailand, dilaporkan bahwa Phumtham tiba di Bandara Internasional Kuala Lumpur pada pukul 13.25 waktu setempat bersama rombongan delegasi. Ia dijadwalkan menjalani sesi mediasi dengan Hun Manet di kediaman resmi PM Anwar Ibrahim di Putrajaya, kawasan administratif yang terletak di luar ibu kota Kuala Lumpur.
Dalam foto-foto yang beredar, tampak ketiga pemimpin negara duduk berdampingan. PM Anwar Ibrahim berada di tengah, diapit oleh PM Thailand di sisi kanan dan PM Kamboja di sisi kiri. Ruang mediasi hanya dihiasi oleh bendera empat negara: Thailand, Kamboja, Malaysia, dan simbol ASEAN—menandakan semangat regionalisme dan netralitas.
Konflik yang meletus di perbatasan telah menyebabkan setidaknya 30 orang tewas dan lebih dari 200.000 warga mengungsi. Menurut laporan Reuters, Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh pasukan Thailand melancarkan serangan darat dan menembakkan artileri ke sejumlah titik, termasuk area kompleks kuil bersejarah, pada Minggu pagi.
Sementara pemerintah kedua negara saling tuding, warga di kedua belah pihak justru menyerukan perdamaian. Banyak yang berharap konflik segera dihentikan demi keselamatan dan stabilitas kawasan.
“Bagi saya, saya pikir akan sangat bagus jika Thailand setuju untuk menghentikan pertempuran sehingga kedua negara dapat hidup damai,” ujar Sreung Nita, seorang mahasiswa Universitas Phnom Penh.
Upaya mediasi ini menjadi sorotan internasional, terutama setelah Malaysia berhasil menjadi satu-satunya negara yang disetujui oleh kedua pihak untuk menjadi fasilitator perdamaian. Amerika Serikat dan negara-negara ASEAN lainnya telah menyatakan dukungan atas langkah diplomatik ini.