Gunung Semeru yang terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang kembali mengalami erupsi pada Rabu malam, 18 Juni 2025. Letusan terjadi pada pukul 20.20 WIB, menyemburkan kolom abu vulkanik setinggi sekitar 800 meter dari puncak gunung atau berada di ketinggian 4.476 meter di atas permukaan laut.
Petugas Pos Pengamatan Gunung Semeru, Ghufron Alwi, menyampaikan bahwa kolom abu terpantau berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal. Arah sebaran abu mengarah ke tenggara dan selatan. Erupsi ini tercatat di seismograf dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi gempa selama 124 detik.
Sepanjang hari Rabu, tercatat telah terjadi sembilan kali erupsi di gunung yang menjadi salah satu gunung api paling aktif di Indonesia tersebut. Aktivitas dimulai sejak dini hari pukul 00.25 WIB hingga erupsi terakhir pukul 20.20 WIB.
Meskipun aktivitas vulkanik meningkat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih menetapkan status Gunung Semeru pada Level II atau Waspada. PVMBG mengeluarkan sejumlah imbauan kepada masyarakat sebagai langkah mitigasi.
Masyarakat dilarang melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan sejauh 8 kilometer dari puncak Semeru. Di luar radius tersebut, masyarakat juga tidak diperbolehkan beraktivitas dalam jarak 500 meter dari tepi sungai karena berpotensi terdampak awan panas dan aliran lahar yang bisa mencapai hingga 13 kilometer.
Selain itu, PVMBG juga menegaskan larangan beraktivitas dalam radius 3 kilometer dari kawah atau puncak gunung, mengingat potensi lontaran material pijar yang berbahaya.
Warga sekitar juga diminta untuk tetap mewaspadai potensi terjadinya awan panas, guguran lava, dan lahar hujan terutama saat hujan turun di sekitar puncak gunung. Beberapa aliran sungai yang berpotensi dilalui material vulkanik antara lain Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Potensi lahar juga dapat menyebar ke anak-anak sungai yang berhulu dari puncak Semeru.
Peningkatan aktivitas ini menegaskan perlunya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat, terutama mereka yang tinggal di daerah rawan bencana di sekitar lereng Gunung Semeru.